BI Rate Tetap 6,5% Sampai Akhir 2009

(managementfile - Finance) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan level suku bunga acuan (BI Rate) belum akan berubah dari posisi saat ini sebesar 6,5 % hingga akhir tahun 2009. Perubahan level Bi Rate masih menunggu sinyal-sinyal pemulihan global di akhir semester I-2010.

Pjs Gubernur BI, Darmin Nasution mengatakan bahwa bank sentral tidak ingin buru-buru menurunkan BI Rate lebih jauh lagi dalam dua bulan belakangan ini walapun masih ada ruang.

"Sebetulnya kita hanya tidak ingin buru-buru menurunkan BI Rate lebih jauh lagi, karena nantinya kita juga tidak ingin BI Rate yang diturunkan kemudian harus naik lagi," ujarnya di Gedung DPR-RI, Jakarta, Senin (16/11/2009).

Ia mengatakan, hal ini nantinya diharapkan akan membuat lebih stabil lagi sisi moneter. "Walaupun nanti kursnya (nilai tukar rupiah) mungkin saja terpengaruh aliran dana tapi dari sisi bunga kita tidak ingin lebih terbuka," tuturnya.

Ditempat yang sama Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono mengatakan tingkat BI Rate yang terus stagnan merupakan kebijakan moneter yang disebut sebagai forward policy.

"Itu karena kita melihat tingkat inflasi di posisi 5 % sampai 6 % kedepan," ungkapnya.

Meskipun, lanjut Hartadi, saat ini inflasi masih dibawah 3 % namun kita melihat kedepan. "Dengan acuan BI Rate 6,5 % dan inflasi di 2010 5% sampai 6% kita masih bisa stay," jelasnya.

Tapi, menurut Hartadi jika nanti bulan Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi shock yang akan mengadjusted kebijakan moneternya tapi kebalikannya atau lebih baik dari yang kita perkirakan maka di 2010 BI Rate akan diturunkan.

"Perkiraan kita di triwulan I-2010 tidak akan ada kenaikan (inflasi) tetapi baru ada kenaikan di triwulan II-2010 yang sejalan dengan penguatan global. Itukan membawa tekanan demand yang tinggi dari sisi suplai dan tekanan nantinya kepada harga," papr Hartadi.

Akhir triwulan II-2010, lanjut Hartadi, pertumbuhan ekonomi global akan pulih khususnya Amerika Serikat.

"Pertumbuhan ekonomi AS itu cenderung tidak secepat yang diperkirakan, maka inflasi pun tidak sebesar yang kita perkirakan sehingga mungkin bisa turun lagi (BI Rate). Tapi jika pemulihan cepat maka nanti akan berbeda, tidak bisa dijawab saat ini," kata Hartadi.

sumber: managementfile.com

Sri Mulyani Update Situasi Ekonomi di Forum APEC

(managementfile - Finance) - Menteri Keuangan Sri Mulyani mendapat update mengenai situasi perekonomian global dan regional terkini dalam pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang digelar di Singapura pekan lalu.

Melihat update situasi perekonomian yang disampaikan dalam forum APEC, Sri Mulyani menyatakan akan membuat kebijakan yang sesuai dengan prediksi kondisi perekonomian global ke depan sehingga tidak terpengaruh kondisi regional dan global.

"Kebijakan ekonomi perlu untuk disesuaikan atau diakselerasi. Kedua menjaga supaya kinerja ekonomi nasional tidak sangat mudah dipengaruhi kondisi regional dan global," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Senin (16/11/2009).

Berdasarkan data perkembangan ekonomi dunia dan domestik terkini, pertumbuhan PDB dunia mulai membaik dari minus 1,1% pada 2009 diprediksi mencapai 3,1% pada 2010.


Begitu pula dengan pertumbuhan volume perdagangan dunia juga meningkat, dari minus 11,9% pada 2009 menjadi 2,5% pada 2010. Tingkat pengangguran dunia tahun 2009 mencapai kisaran 6,5% yang meningkat tajam dibandingkan awal 2008 sebesar 5,4%.

Defisit anggaran negara maju juga meningkat tajam dari 1,5% dari GDP di 2007 menjadi kisaran 8% dari GDP pada 2009. Utang pemerintah negara maju juga meningkat dan diperkirakan akan mencapai lebih dari 100% dari GDP di 2009.


Penerbitan Surat Utang Amerika naik dari US$ 1,1 triliun menjadi US$ 1,4 triliun. Inflasi global meningkat dari kenaikan harga-harga komoditas strategis karena peningkatan permintaan dunia.

Penguatan rupiah dan indeks saham Indonesia tertinggi dibanding regional. Untuk saham, Indonesia menguat pada 73,8%. Angka ini jauh dengan Jepang yang hanya mencapai 13,7% dan Malaysia yang hanya 42,5%. Begitu juga dengan nilai tukar, Indonesia mencapai angka 11,1%, sedangkan Malaysia 1,3% dan Jepang minus 0,3%.

Selain itu, dalam pertemuan internasional ini, Sri Mulyani menjelaskan pembahasan APEC kali ini adalah mencari cara untuk mensinkronisasikan kebijakan exit strategy dan perekonomian global agar lebih kuat, seimbang, dan berkesinambungan.

"Temanya sama bagaimana di APEC 21 negara bisa melakukan koordinasi untuk bisa seirama dengan G20 melalui suatu sinkronisasi kebijakan-kebijakan baik dalam menentukan exit atau bentuk ekonomi global yang lebih kuat, seimbang dan lebih sustainable," jelas Sri Mulyani.

Selain itu, tambah Sri Mulyani, para menteri keuangan mencoba mendefinisikan kebijakan-kebijakan fiskal yang sesuai untuk menunjang perbaikan ekonomi global dan memperbaiki peranan kebijakan fiskal untuk memperbaiki infrastruktur dan public private partnership (PPP).

"Kita coba lihat beberapa negara perbandingan apa-apa yang menjadi kendala dalam pembiayaan maupun pembangunan infrastruktur yang melibatkan swasta, ini akan dibuat berbagai macam mekanisme forum," ujar Sri Mulyani.

sumber: managementfile.com

ADB Kucurkan Pinjaman US$ 105 Juta ke Bank Mandiri

(Vibiznews-Banking) PT Bank Mandiri Tbk memperoleh fasilitas pinjaman senilai US$ 105 juta dari Asian Development Bank (ADB). Fasilitas ini digunakan untuk memperkuat struktur pendanaan.

Pinjaman tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu pinjaman langsung dari ADB senilai US$ 75 juta dengan tenor 7 tahun, dan pinjaman yang berasal dari bank partisipan, seperti ING Bank N.V, senilai US$ 30 juta dengan tenor 5 tahun.

Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Thomas Arifin menyampaikan, faktor utama perseroan memilih pinjaman langsung dari ADB adalah reputasi ADB yang sangat baik di dunia internasional.

"ADB dikenal sebagai institusi multilateral yang memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup, serta fokus pada upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan upaya pengentasan kemiskinan khususnya di wilayah Asia," ungkapnya di Yogyakarta, Jumat (13/11/2009).

Lebih lanjut, ia mengatakan, pertimbangan lain antara lain faktor pricing yang lebih baik dibandingkan dengan penerbitan obligasi, serta tenor pinjaman yang cukup panjang, sesuai dengan tujuan memperkuat struktur pendanaan jangka panjang.

"Pinjaman ADB ini sangat tepat waktu seiring rencana ekspansi Mandiri ditengah situasi keuangan global yang belum pulih dari krisis," papar Thomas.

Sementara itu, Director General of The Private Sector Operations Department ADB Philip Erquiaga mengemukakan, Indonesia masih memerlukan investasi yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur dan sektor ekonomi lainnya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.

"ADB melihat Bank Mandiri mampu memanfaatkan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi permintaan fasilitas pembiayaan yang semakin meningkat, seperti pembiayaan pembangunan infrastruktur," jelasnya.

Bank Mandiri Cabang Jateng Targetkan Pertumbuhan Kredit 15 Persen

Bank Mandiri wilayah Jawa Tengah (Jateng) menargetkan pertumbuhan kredit tahun 2010 sebesar 15 persen. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan target perseroan ditahun ini yang hanya 11 persen.

"Kami optimistis kredit tumbuh sebesar 15 persen," ujar Vice President Regional VII-Semarang Bank Mandiri, Arnold, di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Jumat (13/11/2009).

Fokusnya, lanjut Arnold meliputi? kredit mikro, small, komersial, dan korporat. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri wilayah Jateng secara keseluruhan pada kuartal ketiga tahun 2009 tercatat rata-rata sebesar 12 persen.

"Sudah melebihi rencana bisnis bank tahun ini," katanya. Adapun jumlah kredit macet di Bank Mandiri wilayah Jateng, tercatat di bawah tiga persen untuk kredit komersial, small, dan korporat.

"Sementara untuk pertumbuhan kredit mikro sebesar 5-6 persen. Kredit jenis mikro paling banyak diminati, pemberian kreditnya di bawah Rp 200 juta, kredit small antara Rp 200 juta - Rp 2 miliar, kredit komersial untuk size besar hingga Rp300 miliar," paparnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, meski kredit tumbuh melambat karena pengaruh krisis global, hingga saat ini kredit di wilayah Jateng tetap tumbuh baik.

"Wilayah Jateng cukup bagus pertumbuhannya dan sudah di atas target," pungkasnya.

sumber: vibiznews.com

Bank Mandiri Targetkan Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 20% di 2010

(Vibiznews-Banking) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan laba tahun 2010 mencapai 20%. Di samping itu, pertumbuhan kredit juga ditargetkan meningkat dari tahun 2009 sebesar 18% menjadi 20% pada tahun 2010.

Demikian dikatakan oleh EVP Coordinator Finance and Strategy Mandiri Pahala N Mansyuri dalam Diskusi Prospek Ekonomi dan Tantangan Industri Perbankan 2010 di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Sabtu (14/11/2009).

"Kredit tumbuh tahun ini di kisaran 18%, tahun depan di kisaran 18%-20%. Sedangkan dari laba, Mandiri di tahun ini menargetkan 16% dan harapannya bisa sampai 15% - 20% di tahun 2009," ujar Pahala.

Ia mengatakan, pertumbuhan laba tahun 2010 ditopang oleh perbaikan Rasio Kredit Bermasalah (NPL) sehingga profitabilitas akan membaik. "NPL yang akan membaik, akan mengurangi pencadangan (PPAP) Mandiri," tuturnya.

Pahala menjelaskan, pada bulan September 2009, NPL Mandiri secara nominal turun sebesar Rp 1,1-1,2 triliun. "Jadi dari sekitar Rp 8 triliun menjadi Rp 7 triliun. Sehingga ini yang menyebabkan rasio PPAP kita terhadap NPL turun signifikan," ungkapnya.

NPL, lanjut Pahala yang saat ini berada di kisaran Rp 7 triliun merupakan rasio yang cukup rendah.

"Sehingga pada tahun depan mungkin tidak akan menaikkan rasio PPAP menjadi lebih signifikan lagi. Karena sekarangkan kita sudah punya NPL nominal sudah cukup turun signifikan," tuturnya.

Tahun 2010, menurut Pahala, pencadangannya akan lebih sedikit dibandingkan tahun 2009. "Sampai akhir tahun 2009 PPAP kita antara Rp 2,2 triliun sampai Rp 2,3 triliun. Maka tahun 2010 bisa di bawah angka tersebut," katanya.

Pencadangan di tahun depan juga sedikit dipengaruhi oleh diberlakukannya Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pahala mengatakan dengan adanya PSAK di 2010 maka pencadangan umum sudah tidak lagi dibutuhkan. "Maka tahun depan bisa di set off sendiri atau dengan istilahnya impairment ," jelasnya.

Pertumbuhan Kredit Perbankan Nasional

Sementara itu, Pahala mengatakan untuk pertumbuhan kredit perbankan nasional juga akan tumbuh namun tidak signifikan.

"Jika dilihat dengan adanya penurunan suku bunga kredit dan dilihat dari tingkat inflasi pada tahun 2010 yang masih terkendali serta suku bunga bank Indonesia yang diprediksikan berada di 7% sampai 7,5% maka pertumbuhan kredit akan naik," ungkapnya.

"Kredit tahun 2010 bisa mencapai 18% sampai 20%," tegasnya.

Ia juga menambahkan, dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga akan tumbuh tahun depan sebesar 12% sampai 15% hal ini akan mendukung sisi profitabilitas perbankan tahun 2010.

sumber: vibiznews.com

Powered by Blogger