Suku Bunga Kredit Perbankan Sampai Juni 2011 Turun

Senin, 29 Agustus 2011 01:59 WIB

Bank Indonesia mencatat suku bunga kredit perbankan sampai Juni 2011 turun, terutama untuk kredit modal kerja dan kredit investasi.

"Kredit modal kerja turun 62 basis poin dan kredit investasi turun 11 basis poin, tetapi kredit konsumsi justru naik 84 basis poin," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Wimboh Santoso di Jakarta, Sabtu.

Penurunan suku bunga itu juga membuat marjin bung bersih (NIM) atau spread (selisih) antara suku bunga kredit dan suku bunga tabungan menurun dengan agregat 5,8 persen.

Penurunan suku bunga kredit juga terlihat dari laporan suku bunga dasar kredit (SBDK) yang wajib dipublikasikan bank beraset di atas Rp10 triliun.

Menurut Wimboh, untuk biaya overhead pada Juni di kredit korporasi turun dari 3,17 persen pada Mei menjadi 2,6 persen.

Sementara untuk ritel turun dari 3,36 persen menjadi 2,75 persen, KPR turun dari 3,54 persen menjadi 3,06 persen dan non KPR turun dari 3,49 persen menjadi 3,06 persen.

Sedangkan angka harga pokok dana untuk kredit (HPDK) sedikit meningkat karena beberapa bank menggunakan dananya untuk menambah Giro Wajib Minimum

Selama Libur Cuti Bersama Sebanyak 104 Kantor BCA Tetap Buka

Senin, 29 Agustus 2011 01:57 WIB

Sebanyak 104 kantor cabang Bank Central Asia (BCA) akan tetap buka pada saat libur cuti bersama dalam rangka lebaran 1432 H yaitu pada tanggal 29 Agustus dan 2 September 2011.

Keterangan tertulis BCA yang diterima di Jakarta, Jumat menyebutkan, saat cuti bersama itu, kantor cabang BCA akan buka mulai jam 08.00 waktu setempat. Sebagian kantor cabang BCA akan tutup pukul 12.00 waktu setempat dan sebagian lainnya akan tutup pukul 13.00 waktu setempat.

Kantor cabang yang buka tersebut antara lain di Kantor Wilayah (Kanwil) IX BCA Matraman Jakarta, lima kantor cabang utama (KCU) yaitu KCU Matraman, KCU Kelapa Gading, KCU Tanjung Priuk, KCU Bekasi, dan KCU Bogor.

Di Kanwil VIII Pondok Indah Jakarta, empat kantor cabang akan buka yaitu KCU Margonda, Kantor Cabang Pembantu (KCP) Mal Pondok Indah, KCP Senayan City, dan KCP Mall Grand Indonesia.

Di Kanwil X Asemka Jakarta, empat kantor cabang akan beroperasi yaitu KCU Pasar Baru, KCU Pluit, KCU Muara Karang, dan KCP Pademangan.

Di Kanwil XII Wisma Asia Jakarta, lima kantor cabang akan beroperasi yaitu KCU Wisma Asia, KCU Tangerang, KCU Serpong, KCU Serang, dan KCP Citra Garden I.

Di Kanwil I Bandung, sembilan kantor cabang akan beroperasi yaitu KCU Asia Afrika, KCU Soekarno-Hatta, KCU Dago, KCU Ahmad Yani, KCU Cianjur, KCU Cirebon, KCU Sukabumi, KCU Tasikmalaya, dan KCP Cimahi.

Di Kanwil II Semarang, 13 kantor cabang akan buka yaitu KCU Semarang, KCU Solo Slamet Riyadi, KCU Gang Tengah, KCU Cilacap, KCU Kudus, KCU Pekalongan, KCU Purwodadi, KCU Solo Veteran, KCU Tegal, KCU Purwokerto, KCU Salatiga, KCU Yogyakarta, dan KCU Magelang.

Sementara di Kanwil III Surabaya, 11 kantor cabang akan buka yaitu KCU Darmo, KCU Veteran, KCU HR Muhammad, KCU Galaxy, KCU Tuban, KCU Jombang, KCU Mojokerto, KCU Bangkalan, KCP Sun City Sidoarjo, KCP Gresik, dan KCP Pamekasan.

Sedangkan di Kanwil VII Malang, akan buka 13 kantor cabang yaitu KCU Malang, KCU Borobudur, KCU Probolinggo, KCU Blitar, KCU Jember, KCU Pasuruan, KCU Banyuwangi, KCU Situbondo, KCU Madiun, KCU Kediri, KCU Tulungagung, KCP Lumajang, dan KCP Bondowoso.

Permintaan Uang Receh di Indonesia Jelang Lebaran Rp 77 Triliun

Senin, 29 Agustus 2011 01:28 WIB

Dalam waktu kurang lebih 4 pekan, permintaan uang receh jelang lebaran di Indoneisa mencapai Rp 77 triliun atau di atas target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) Rp 61,36 triliun.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Direktur Pengedaran Uang BI, Adnan Djuada, Sabtu (27/8/2011).

"Update terakhir sampai Jumat 26 Agustus 2011, penukaran uang receh mencapai Rp 77 triliun," kata Adnan.

Dia mengatakan, meskipun permintaan uang receh ini sangat banyak, namun BI masih sanggup untuk melayani permintaan masyarakat karena stok uang BI mencukupi.

"Stok uang masih banyak. Jadi memang melampaui tatrget tidak masalah. Karena persediaan BI mencapai Rp 120 triliun. INi termsuk kas=kas di Kantor BI daerah," kata Adnan.

Seperti diketahui, awalnya Bank sentral telah menyiapkan stok uang sebesar Rp 61,36 triliun untuk membantu likuiditas selama bulan Ramadan 2011. Jumlah tersebut meningkat 12% dibanding bulan Ramadan tahun lalu sebesar Rp 54,78 triliun.

Dari jumlah itu, BI menyiapkan uang tunai pecahan kecil sebesar Rp 7,1 triliun. Uang pecahan kecil tersebut terdiri dari Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, Rp 1.000 dan uang logam.

Kemudian sisanya sebanyak Rp 54,26 triliun merupakan uang pecahan besar yakni pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, dan Rp 20.000.

Masyarakat Sampai Dini Hari Menyerbu ATM

Senin, 29 Agustus 2011 01:25 WIB

Menjelang libur lebaran, masyarakat mulai mempersiapkan uang tunai di kantong masing-masing untuk bekal pulang kampung. Alhasil, usai hari terakhir bekerja jelang libur masyarakat menyerbu ATM.

Pantauan media, Jumat malam (27/8/2011) pukul 01.00 dini hari, ATM yang terdapat di beberapa lokasi di Jakarta dipadati antrian.

ATM BCA yang terletak di Alfa Mart, Jalan Pondok Kelapa Raya misalkan pada dini hari ternyata masih dipenuhi antrean. Kebetulan Alfa Mart tersebut buka 24 jam.

"Nanti habis sahur mau mudik mas, jadi ambil uang dulu di ATM," ungkap Lukman, nasabah BCA yang tengah mengantre untuk mengambil stok uangnya.

Menurut Lukman, selepas bekerja hingga sore hari baru menyempatkan diri ke ATM untuk persiapan mudiknya. Dirinya terpaksa mengantre hingga menunggu kurang lebih 15 orang. Lukman mengaku menarik uang Rp 5 juta untuk biaya perjalanan dan ongkos di Kampung Halamannya.

"Biar deh antre tengah malam. Saya narik Rp 5 juta mas, buat beli bensin di jalan dan nanti di kampung," terang Lukman yang ingin mudik ke Brebes.

Sama halnya seperti Rayo yang ditemui di Pejaten Village Mall, Jakarta. Rayo mengantre di ATM Bank Mandiri yang juga akan menarik dana untuk digunakan mudik.

"Saya mudik naik motor rencana nanti malam nah sekarang narik uang dulu," kata Rayo yang ditemui pada pukul 21.00 di lokasi ATM.

Menurut Rayo, memang tidak biasa akhir bulan ini dan juga pas gaji masuk antrean hingga menunggu belasan orang.

"Yah maklumlah terpaksa nunggu, bank juga udah tutup jadi ATM saja. Lagipula pas sekali gaji cair jadi langsung diambil untuk mudik," terangnya.

ATM di beberapa lokasi memang terlihat ramai tidak seperti biasanya. Masyarakat sebagian besar memang menyiapkan dana yang lebih mudah diambil melalui ATM untuk bekal mudiknya.

BI Diminta Hati-Hati Mengkaji Aturan Pembatasan Saham Mayoritas Perbankan


Jumat, 26 Agustus 2011 14:02 WIB
Bos Para Group sekaligus pemilik PT Bank Mega Tbk (Bank Mega) Chairul Tanjung mengharapkan aturan pembatasan kepemilikan saham mayoritas dalam sektor perbankan yang tengah dikaji Bank Indonesia bisa memenuhi prinsip keseimbangan. BI diminta tidak main-main sehingga meskipun dapat mengantisipasi penyelewengan, tetapi tidak mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor perbankan.

Demikian disampaikan Chairul kepada wartawan usai Rapat Koordinasi di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (26/8/2011).

"Perlunya ada keseimbangan antara pembatasan kepemilikan yang terkait, supaya tidak ada pemilik bank yang memanfaatkan untuk kepentingan pribadi tetapi pembatasan itu tidak boleh juga membatasi orang untuk melakukan investasi di bidang perbankan," tegasnya.

Chairul menilai aturan BI yang tengah dikaji tersebut memang ditujukan agar para pemilik saham di sektor perbankan tidak menggunakan kepemilikan tunggalnya untuk kepentingan pribadi. Namun, jangan sampai dengan aturan tersebut, ada investor yang merasa dirugikan.

"Yang pasti kebijakan itu dibuat tidak boleh merugikan siapapun,tujuan pembatasan itu kan untuk aspek kehati-hatian, jangan sampai ada pemilik bank yang menggunakan banknya untuk kepentingan usahanya sendiri, artinya untuk kepentingan usahanya sendiri. Oleh karenaya diperlukan aturan itu, tapi aturan itu juga tidak boleh membuat investasi itu menjadi tidak menarik, jadi kan perlu ada kesimbangan," ujarnya.

Untuk itu, Chairul mengharapkan BI bisa melakukan simulasi sebaik-baiknya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

"Idealnya ada keseimbangan, BI kan sedang melakukan simulasi ya simulasi saja yang benar," pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution akan mengkaji aturan mengenai kepemilikan saham mayoritas di sebuah bank. BI berharap tidak ada lagi pemegang saham mayoritas agar prinsip good corporate governance bisa tercapai.

Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris Perpanjang Swap Mata Uang


Jumat, 26 Agustus 2011 09:25 WIB
Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BOE) pada Kamis telah memperpanjang pengaturan swap mata uang selama satu tahun dalam apa yang para ekonom sebut tindakan pencegahan ketegangan di pasar pinjaman antar bank.

Sebuah perjanjian untuk pertukaran hingga 10 miliar pound (113 miliar euro, 16,3 miliar dolar AS), sekarang akan berlaku sampai 28 September 2012, pernyataan ECB mengatakan.

Pengaturan yang awalnya diumumkan pada pertengahan Desember itu telah berakhir pada akhir September.

Hal ini memungkinkan ECB untuk meminjamkan pound kepada bank-bank zona euro yang mungkin menemukan kesulitan untuk meminjam langsung dari bank komersial di Inggris, dan ini hanya salah satu contoh pengaturan yang ada antara banyak bank sentral utama global.

Ekonom Oxford Economics Scott Livermore mengatakan ia tidak pernah mendengar masalah spesifik yang dihadapi oleh bank-bank zona euro yang membutuhkan akses ke pound, dan menyarankan bahwa "itu mungkin lebih ke pencegahan daripada mengobati krisis."

Ekonom senior Berenberg Bank Christian Schulz mengatakan: "Masih cukup banyak tekanan dalam sektor perbankan sehingga diindikasikan bahwa pengaturan ini tetap diperlukan."

"Ini menunjukkan bahwa bank sentral terus memahami peran penting mereka untuk pasar dana antar bank dan keamanannya," tambah dia.

Schulz mencatat bahwa 10 miliar pound tidak banyak di antara bank-bank sentral dan menambahkan bahwa sejauh ia tahu, itu belum digunakan untuk saat ini.

Bank Umum Tetap Melayani Nasabah Selama Cuti Bersama


Jumat, 26 Agustus 2011 09:20 WIB
 
Kantor Bank Indonesia Batam menganjurkan agar seluruh bank umum yang beroperasi di kota industri itu tetap buka selama cuti bersama dan libur Idul Fitri 1432 H.

Deputi Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Perbankan BI Batam, Johnson Pasaribu, di Batam, Kamis mengatakan, perusahaan yang menanamkan modal di Batam membutuhkan pelayanan transaksi di saat lebaran sehingga BI menganjurkan bank tetap beroperasi.

"Kami anjurkan buka selama cuti bersama dan libur lebaran untuk melayani transaksi keuangan perusahaan, misalnya Pertamina," kata dia.

Pembelian bahan bakar minyak dari perusahaan-perusahaan industri dari stasiun pengisian bahan bakar umum dilakukan setiap hari, dengan transaksi keuangan rutin setiap hari sehingga membutuhkan layanan bank umum.

Selain itu, BI juga menganjurkan bank umum tetap melayani kebutuhan nasabah selain kliring dan Real-Time Gross Settlement (RTGS).

Ia menyebutkan, bank-bank umum seperti Bukopin, BCA, Mandiri, BRI dan BNI menyatakan akan tetap buka hingga 29 Agustus 2011 dan selama libur lebaran.

"Bank buka kembali mulai H+2 Lebaran," kata dia.

BI Batam juga meminta bank umum memasok uang kas di anjungan tunai mandiri (ATM) untuk memenuhi kebutuhan uang tunai masyarakat.

Dana di ATM itu, kata dia, untuk memudahkan masyarakat mengambil uang pada cuti bersama Lebaran Idul Fitri 1432 H.

Pasaribu mengatakan bank-bank umum harus menjamin kecukupan uang di ATM selama libur.

Bila BI menemukan ada ATM yang kehabisan uang tunai, maka akan ditegur.

"Kami minta masyarakat melaporkan ke BI jika ada ATM yang kosong," katanya.

Bank-bank BUMN Gelar Mudik Gratis Bagi Nasabah dan Keluarganya


Jumat, 26 Agustus 2011 08:33 WIB
Bank-bank plat merah menyediakan mudik gratis bagi nasabah dan keluarganya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) masing-masing memberikan program khusus untuk memanjakan nasabahnya.

Lebaran 2011 ini, sebanyak 3.500 orang nasabah BRI bakal ketiban rezeki. Pasalnya, BRI memudikkan nasabah-nasabah bersama keluarganya tersebut secara gratis.

"Armada busnya tidak sembarangan sebab dilengkapi fasilitas armada bus full AC (air conditioner) sebanyak 68 buah," ujar Direktur Utama Bank BRI Sofyan Basir dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (26/8/2011).

Pemudik juga diberangkatkan dari Karawang, Tambun, dan Cikampek. Adapun jurusan mudik sebagian besar adalah kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Uniknya, diantara para pemudik, terdapat 45 TKI dari Malaysia. "Mereka terpilih melalui undian program Mudik TKI Bersama BRIFast Remittance. Di samping menikmati fasilitas kebutuhan selama perjalanan seperti pulsa gratis, uang saku, dan tajilan, pemudik ini juga diberikan fasilitas perlindungan asuransi kecelakaan diri oleh Bringin Life," imbuh Sofyan.

Dikatakan Sofyan, banyak nilai yang terkandung dalam tradisi mudik. Misalnya, selain menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh akan tetap ingat kepada asal-muasal.

"Hikmah mudik yang terbesar dan dikedepankan, adalah momentum kembali ke fitrah dengan melakukan permaaf-maafan dengan orang tua, kerabat dan sahabat. Karena pertemuan dengan orang tua, kerabat, dan sahabat mampu menjadi motivasi/spirit yang luar biasa. Oleh karenanya wajar saja apabila menjelang hari raya seperti ini semua jenis transportasi dipenuhi oleh para pemudik," papar Sofyan.

Sebab itu, melihat tingginya animo mudik ini, BRI berinisiatif memfasilitasi nasabah-nasabah Bank BRI khususnya nasabah Tabungan Simpedes dan Kupedes, yang berkeinginan merayakan lebaran dan bersilaturahim di kampung halaman

Bank Mandiri juga turut berpartisipasi dalam acara Mudik Bersama NU bagi sekitar 2.000 warga nahdliyin. Pelepasan rombongan mudik bersama ke wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur itu dilakukan oleh Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi dan Sekretaris Jenderal PBNU Marshudi Suhud di Kantor Pusat PBNU Jakarta, Kamis (25/8/2011)

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi mengatakan bahwa kegiatan mudik bersama ini merupakan upaya Bank Mandiri untuk membantu masyarakat, terutama warga nahdliyin yang ingin merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman.

"Idul Fitri merupakan momen terbaik untuk memperkuat silaturahmi. Kami berharap kegiatan mudik bersama ini dapat membantu warga nahdliyin untuk bersilaturahmi dengan keluarganya masing-masing di kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri," kata Riswinandi.

Kegiatan mudik bersama ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Bank Mandiri terhadap lingkungan yang pendanaannya berasal dari Program Bina Lingkungan Bank Mandiri tahun anggaran 2011.

Selain melakukan kegiatan mudik bareng, Bank Mandiri juga telah melakukan kerjasama dengan Nahdlatul Ulama untuk memberdayakan kehidupan masyarakat di sekitar pondok pesantren di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah serta memberikan fasilitas sanitasi berupa penyediaan air bersih di Propinsi Banten dan DI Yogyakarta.

Khusus untuk BTN cukup berbeda. Bank spesialis rumah ini memberikan fasilitas mudik gratis kepada 1.100 pekerja bangunan dan pekerja sosial. Mereka adalah para pekerja yang bekerja di lingkungan kantor dan perumahan Bank BTN yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

Direktur Utama Bank BTN Iqbal Latanro, bersama seluruh jajaran Direksi melepas para pekerja tersebut untuk mudik di kampung halamannya. Pelepasan 1.100 pekerja tersebut secara simbolis dilakukan di Balai Samudra, Kelapa Gading pada Kamis (25/8/20110).

"Program ini merupakan apresiasi dan ungkapan terima kasih Bank BTN kepada mereka yang selama ini secara tidak langsung telah turut memberikan kontribusi pada bisnis Bank BTN, baik itu kredit konstruksi maupun KPR yang selama ini menjadi bisnis utama Bank BTN," kata Iqbal.

Program mudik 2011 merupakan yang keempat kalinya dilakukan oleh Bank BTN. BTN ingin memberikan share kepada para pekerja bangunan dan pekerja sosial terkait dengan bisnis Bank BTN dengan memulangkan mereka ke tempat asalnya.

"Setidaknya dengan ini harapan kami dapat mengurangi beban mereka untuk mencari angkutan mudik. Seperti diketahui pembiayaan di bidang perumahan terkait dengan 114 sektor industri padat karya," tuturnya.

Para pekerja bangunan dan pekerja sosial yang ikut program mudik bersama ini berasal dari lingkungan dekat kantor Bank BTN dan proyek-proyek perumahan yang dibiayai kreditnya oleh Bank BTN dan berlokasi di wilayah Jabodetabek. Mudik bersama tahun ini berbeda dengan mudik tahun 2010.

Perbedaan dapat dilihat dari jumlah pemudik yang bertambah menjadi 1.100 dibanding tahun lalu yang berjumlah 1.000. Disamping itu pada mudik tahun ini ada tambahan rute baru yaitu Jakarta Purwokerto dan Jakarta-Bandar Lampung, menambah rute tahun sebelumnya Jakarta-Semarang, Jakarta-Solo dan Jakarta-Yogyakarta. Kepada mereka tidak dipungut biaya apapun.

Mereka tinggal menunjukkan buku Tabungan BTN eBatara Pos atau Tabungan BTN Batara sebagai bukti bahwa mereka termasuk nasabah Bank BTN.

"Selama perjalanan kebutuhan makan dan minum untuk mereka sudah disiapkan, termasuk bingkisan untuk lebaran di daerahnya. Respon masyarakat sangat besar sekali terhadap program mudik ini. Bank BTN berharap program ini ke depan dapat dilakukan kembali dengan jumlah yang lebih banyak lagi dengan pelaksanaan yang lebih baik lagi," tambah Iqbal Latanro menjelaskan.

Tidak kalah dengan ketiga bank BUMN diatas, BNI juga menggelar program mudik BNI bagi nasabah yang ke-6 kalinya sejak pertama kali dilakukan di tahun 2005.

Tahun 2011 sendir BNI menggunakan 2 moda bus dan kereta api. Dimana, diperuntukan bagi nasabah BNI Taplus dengan syarat-syarat khusus seperti telah menjadi nasabah BNI minimal 1 tahun (untuk bus) dan minimal 2 tahun (untuk Kereta Api) dan memiliki saldo rata-rata selama bulan Juli 2011 sebesar Rp. 5 juta (untuk Bus) dan Rp. 10 Juta (untuk KA).

Jumlah armada bus yang akan digunakan sebanyak 110 bus dengan target penumpang sebanyak 5.500 nasabah dan keluarganya. Adapun BNI mengantarkan pemudik ke 9 kota tujuan yakni Cirebon, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Lampung dan Palembang.

Untuk Kereta Api BNI menggunakan 10 gerbong dengan target 500 nasabah dan keluarganya dengan kota tujuan Yogyakarta, Solo dan Surabaya.

Seluruh nasabah yang memenuhi syarat sudah ada dalam sistem aplikasi pendaftaran, dan dapat dicek namanya yang dapat dilakukan secara online diseluruh cabang jabodetabek. Pendaftaran dilakukan dari
tanggal 8 sampai 17 Agustus 2011 diseluruh cabang BNI.

BI Tambah Uang Kertas dan Logam di 2011 Rp 177 Triliun

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kebutuhan uang nasional yang tertuang dalam Rencana Kebutuhan Uang (RKU) tahun 2011 mencapai Rp 177,7 triliun.

Kebutuhan uang tahun ini meningkat 22,4% dari tahun 2010 yang hanya sekitar Rp 145,2 triliun. RKU itu juga sudah memperkirakan lonjakan kebutuhan uang memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri sebesar Rp 61,36 triliun.

Demikian disampaikan oleh Kepala Biro Direktorat Pengedaran Uang Bank Indonesia, Eko Yulianto di Jakarta, Kamis (25/8/2011).

"Kantor Pusat BI maupun Kantor Bank Indonesia (KBI) di berbagai daerah. Dalam penyusunan RKU, ada beragam aspek yang menjadi bahan pertimbangan seperti uang masuk (inflow) dan keluar (outflow) baik di Kantor Pusat BI maupun KBI, posisi kas yang tersedia waktu itu, jumlah uang yang dimusnahkan, kas minimum yang harus tersedia, dan kondisi ekonomi dan geografis masing-masing daerah. RKU untuk tahun 2011, diperkirakan Rp177,7 triliun," ungkap Eko.

Dijelaskan Eko, faktor inflow dan outflow uang adalah cermin pergerakan permintaan akan uang kartal yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi daerah, angka inflasi, perbandingan jumlah kredit dan dana pihak ketiga di perbankan, faktor musiman hingga sosial budaya.

"Ambil contoh arus inflow-outflow uang tahun 2010. Arus inflow uang ke kasanah BI sebesar Rp 211,0 triliun, sedangkan arus outflow Rp 247,3 triliun atau terjadi net outflow sebesar Rp 36,3 triliun. Itu maknanya, ada penambahan kebutuhan uang di masyarakat yang dipicu oleh perekonomian nasional yang semakin bergairah dan pola kebiasaan masyarakat yang masih doyan menggunakan uang kartal seperti halnya tahun 2011," paparnya.

Namun kebutuhan uang tersebut tidak semua dipesan untuk dicetak. Direktorat Pengedaran Uang (DPU) BI menetapkan Rencana Cetak Uang (RCU) untuk tahun 2011 hanya sebanyak Rp 137,07 triliun. Uang itu terdiri atas uang pecahan besar (UPB) Rp 119,73 triliun, uang pecahan kecil (UPK) Rp 17,29 triliun dan uang pecahan logam (UL) Rp 0,05 triliun. Uang inilah yang nantinya diglontorkan ke masyarakat melalui Kantor Bank Indonesia di berbagai daerah.

Masyarakat Jakarta Tukar Uang Rp 17,3 Triliun

Bank Indonesia juga mengungkapkan hingga pekan terakhir jelang lebaran 2011, pihaknya telah menyalurkan uang hingga Rp 17,3 triliun khusus di wilayah Jakarta. Angka ini sudah mendekati apa yang ditargetkan BI sepanjang tahun ini Rp 17,9 triliun.

Demikian disampaikan Deputi Direktur Pengedaran Uang BI, Adnan Djuada, saat ditemui di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (25/8/2011).

"Yang di Jakarta, sudah hampir 100%, dari Rp 17,9 triliun yang ditargetkan," tutur Adnan.

Sedangkan total penyaluran uang nasional yang dilakukan BI hingga 24 Agustus mencapai Rp 54,3 triliun. Jumlah tersebut sekitar 88,5% dari target yang ditetapkan BI untuk uang beredar mencapai Rp 61,4 triliun.

Ini terdiri dari Uang Pecahan Besar Rp 47,1 triliun, dan Uang Pecahan Kecil Rp 7,2 triliun. "Dibandingkan posisi tahun lalu, realisasi Rp 54,78 triliun. Proyeksi tahun ini Rp 6,4 triliun. Jadi naik 12%. Dan cermin kemakmuran masyarakat," tambah Adnan.

Penukaran uang memang masih dominan di kota-kota pulau Jawa. Disusul kemudian Medan, Makassar dan Banjarmasin. Khusus layanan penukaran uang di IRTI, Monas BI menyediakan dana Rp 2-3 miliar per hari. Sementara perbankan yang bekerja sama dalam program ini, Rp 200-500 juta.

Sementara itu total uang yang beredar di masyarakat per kemarin mencapai Rp 367 triliun. Terdiri dari UPB Rp 335 triliun, dan UPK Rp 32 triliun.

Saat uang yang beredar di masyarakat tinggi, bank sentral pun siap melepas Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas inflasi.

"Kalau uang beredar terlalu banyak, lakukan stabilitasi dengan cara lepas SBI. Rupiah masuk dan inflasi terkendali. Kan ada parameternya," imbuhnya.

BI Gelontorkan Uang Tunai Rp 54,3 Triliun Selama Lebaran 2011

Pekan terakhir menjelang lebaran 2011 tempat penukaran uang receh yang salah satunya terpusat di kawasan IRTI, Monas menunjukkan kepadatan dan antrian yang cukup ramai.


Bank Indonesia (BI) sendiri mengungkapkan telah menggelontorkan uang tunai sebesar Rp 54,3 triliun atau 88,5% dari target selama lebaran yang sebesar Rp 61,4 triliun untuk uang receh.

Menurut pengakuan Suandi, salah satu pihak keamanan di Monas mengatakan masyarakat mulai berbondong-bondong menuju layanan penukaran uang sejak awal pekan lalu. Hingga pukul 11.00 suasana masih terkendali. Meski terkadang ada perselisihan akibat nomor antrian.

"Mulai banyak mas, minggu-minggu ini. Kan mau Lebaran," ujar Suandi di Monas, Jakarta, Kamis (25/8/2011).

Layanan penukaran uang terbagi menjadi dua jenis, khusus karyawan dan umum. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk memecah antrian, khususnya bagi pelaku bisnis jasa tukar uang yang memang siap tukar uang lebih dari Rp 20 juta.

"Yang karyawan memang tidak dijual lagi. Kalau yang loket BI itu antriannya banyak Inang-Inang (pelaku bisnis jasa tukar uang) yang tukar duit langsung Rp 20 juta," tuturnya.

Husni, salah satu masyarakat yang mengantri, siap menukarkan uang Rp 3 juta. Uang digunakan dalam rangka persiapan Lebaran tahun ini dan untuk dibagi-bagikan kepada kerabat.

Penukaran uang di IRTI terpaksa dilakukan Husni, karena beberapa bank menolak penukaran pecahan kecil. "Bank suka nolak kalau sudah pernah. Apalagi kalau tidak ada transaksi," tuturnya.

Memang Bank Indonesia (BI) bersama bank-bank umum telah menyediakan layanan penukaran uang receh yang salah satunya terpusat di kawasan IRTI, Monas, Jakarta mulai 8 Agustus 2011.

Menurut Deputi Direktur Pengedaran Uang BI, Adnan Djuada, hingga hari ini total penyaluran uang BI selama Lebaran 2011, hingga 24 Agustus mencapai Rp 54,3 triliun. Jumlah ini sekitar 88,5% dari target yang ditetapkan BI untuk uang beredar mencapai Rp 61,4 triliun,

"Total penyaluran ini terdiri dari Uang Pecahan Besar Rp 47,1 triliun, dan untuk yang kecil Rp 7,2 triliun," tutur Adnan.

Seperti diketahui, BI menyiapkan uang tunai pecahan kecil menyambut bulan Ramadan 1432 H sebesar Rp 7,1 triliun. Uang pecahan kecil tersebut terdiri dari Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, Rp 1.000 dan uang logam.

Bank sentral telah menyiapkan stok uang sebesar Rp 61,36 triliun untuk membantu likuiditas selama bulan Ramadan 2011. Jumlah tersebut meningkat 12% dibanding bulan Ramadan tahun lalu sebesar Rp 54,78 triliun.

Dari Rp 61,36 triliun likuiditas yang disiapkan untuk menghadapi persediaan selama Ramadan, sebanyak Rp 54,26 triliun merupakan uang pecahan besar yakni pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, dan Rp 20.000.

Bank Pembangunan Asia Ungkapkan 40% Populasi Asia Hidup Miskin

Bank Pembangunan Asia alias Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan jika Asia masih menjadi rumah bagi sebagian kaum miskin di dunia. ADB merilis Asia mempunyai lebih dari 40% populasi yang hidup dibawah US$ 2 per hari atau berada di garis kemiskinan.

ADB menilai, pembuat kebijakan di Asia harus mengambil langkah tegas untuk menghasilkan pekerjaan yang produktif dan berkualitas tinggi jika kawasan ini ingin mempertahankan dan memperluas manfaat dari ekspansi ekonomi dari dua dekade terakhir.

"Persentase pekerja di lapangan kerja informal di Asia tetap jauh lebih tinggi dibandingkan di wilayah lain. Pekerjaan yang berkualitas diperlukan untuk mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta mempromosikan kohesi sosial dan stabilitas politik," ungkap Kepala Ekonom ADB Changyong Rhee dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (25/8/2011).

ADB memaparkan, Asia telah melampaui wilayah lain dalam hal pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejak 1990. Hal tersebut membawa perbaikan substansial dalam standar hidup, namun kemajuan ini belum merata di wilayah Asia yang heterogen.

"Asia masih tetap menjadi rumah bagi sebagian besar kaum miskin di dunia dengan lebih dari 40% dari kebanyakan populasi di negara-negara yang hidup di bawah $ 2 per hari di garis kemiskinan," ungkapnya.

Negara berpenghasilan rendah mengalami kesulitan untuk memenuhi beberapa target Millenium Development Goal, dan di lokasi di mana kemajuannya tertinggal ketegangan social dapat terjadi. Meskipun akhir-akhir ini muncul gejolak baru di pasar keuangan, namun pembuat kebijakan harus tetap fokus pada perbaikan struktural.

ADB juga menilai, ketika Asia bergulat dengan globalisasi dan perubahan demografi, termasuk meningkatnya kelas menengah dan masyarakat yang berusia lanjut, Asia akan menghadapi tekanan yang lebih untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mendukung pertumbuhan inklusif.

Banyak dari pekerjaan-pekerjaan baru yang telah diciptakan di Asia merupakan pekerjaan di bidang manufaktur dengan biaya dan upah yang rendah.

Negara berpenghasilan menengah perlu melakukan promosi perdagangan dan investasi asing yang langsung (Foreign Direct Investment), serta mengembangkan kualitas sumber daya manuasia (human capital) untuk menigkatkan nilai rantai produksi, dan pada waktu yang sama melakukan diversidikasi kebijakan perlindungan sosial.

Negara berpenghasilan rendah bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatnya perdagangan dan fasilitas transportasi desa ke kota yang semakin mudah. Produktivitas di daerah pedesaan perlu ditingkatkan, sedangkan pelatihan teknis dan kejuruan diperluas. Untuk negara-negara ini, pekerja informal harus diberikan perlindungan sosial yang paling dasar.

"Dengan kebijakan sisi permintaan dan penawaran yang tepat serta keberadaan beberapa perlindungan sosial, negara-negara dapat membuat kemajuan substansial
menuju pengembangan pekerjaan yang berkualitas tinggi di Asia yang dapat dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan inklusif," papar Rhee.

Bank Ekonomi Catat Laba Bersih Rp 173,67 Miliar

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (Bank Ekonomi) mencatat laba bersih sebesar Rp 173,67 miliar di semester I-2011, turun 45,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 253,24. Penurunan laba ini dikarenakan adanya kenaikan beban operasional dan penurunan pendapatan operasional.

Berdasarkan laporan keuangan bank dengan kode emiten BAEK ini, Kamis (25/8/2011) beban operasional bank ekonomi mengalami kenaikan menjadi Rp 386,9 miliar dibandingkan beban operasional periode yang sama tahun 2010 yang sebesar Rp 305,6 miliar.

Sedangkan dari sisi pendapatan operasional terjadi penurunan dari Rp 127,85 miliar di semester I-2010 menjadi Rp 99,39 miliar. Total pendapatan bunga dari anak usaha Bank HSBC ini tercatat sebesar Rp 461,2 miliar naik dibandingkan pada periode yang sama 2010 yang sebesar Rp 431,8 miliar.

Dari sisi kredit, Bank Ekonomi mencatat pertumbuhan kredit sebesar 32,29% atau dari Rp 9,6 triliun di semester I-2010 menjadi sebesar Rp 12,7 triliun di semester I-2011. Aset Bank Ekonomi juga tercatat turun dari Rp 22,1 triliun di semester I-2010 menjadi Rp 21,3 triliun di semester I-2011.

Rasio keuangan Bank Ekonomi masing-masing yakni, Rasio Kredit Macet (NPL) gross turun dari 0,57% menjadi 0,34% di semester I-2010. Sedangkan Rasio Kecukupan Modal alias CAR tercatat 18%.

Laba bersih per saham BAEK tercatat turun dari semester I-2010 sebesar Rp 72,06 menjadi Rp 49,34 per semester I-2011.

Bank Ekonomi dimiliki oleh pemegang saham HSBC Holdings Plc melalui HSBC Asia Pacific Holdings (UK) limited sebesar 98,94% dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebesar 1 %. Sisanya dimiliki oleh publik sebesar 0,06%.

BI Mencatat Dana KUT Dikembalikan Peminjamannya Hanya 25%

Bank Indonesia mencatat dana Kredit Usaha Tani (KUT) yang dikembalikan peminjamnya hanya sekitar 25 persen dari total KUT yang disalurkan Pemerintah melalui program Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar Rp7,68 triliun.

"KUT yang teralisasikan atau disalurkan Rp7,68 triliun, tetapi yang macet atau tidak tertagih Rp5,71 triliun. Hanya sekitar 25 persen yang kembali. Itu posisi pelaporan bank ke BI per 31 Desember 2009," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Kamis.

Difi Johansyah menjelaskan jatuh tempo terakhir dari KUT ini pada tahun 2000, sehingga diperkirakan sudah tidak ada lagi peminjam KUT yang mengembalikan dana yang disalurkan antara lain melalui Bank BRI, Bank Mandiri, BNI, Bukopin dan Danamon serta sejumlah BPD itu.

Dijelaskan Difi, tunggakan KUT Rp5,71 triliun ini tidak menjadi beban perbankan, karena kredit tersebut menjadi tanggungan tiga pihak yaitu Bank Indonesia (42,75 persen), Pemerintah (52,25 persen) dan Jamkrindo atau Perum Sarana (lima persen).

"Tagihan tetap dilakukan bank yang mencairkan, tetapi bank tidak menanggung risiko dari kredit macet ini, yang menanggung tiga pihak ini," katanya.

Khusus di BI, total KUT macet yang harus ditanggung sebesar RP2,4 triliun, menurut Difi sudah dilakukan pencadangan sejak tahun 2000 sehingga jika Pemerintah jadi memutihkan atau menghapus tagih KUT itu tidak akan terlalu berpengaruh terhadap neraca BI.

"Pemutihan akan menguntungkan penerima kredit, tetapi BI, Pemerintah dan Jamkrindo akan menanggung risikonya. Pemutihan berarti risiko kredit macet yang ditanggung menjadi terealisasikan," katanya.

Data Pemerintah menyebutkan dana KUT yang disalurkan pada 1999 dan 1998 sebesar Rp8,3 triliun dengan dana yang sudah dikembalikan Rp2,59 triliun, sementara yang tertunggak Rp5,71 triliun.

Berdasarkan catatan, Pemerintah sebelumnya telah beberapa kali menghapus tunggakan KUT, seperti pada 1998 Pemerintah menghapus tunggakan KUT Rp117 miliar untuk 1985-1995, kemudian tunggakan KUT periode 1996 hingga Maret 1998 sebesar Rp155 miliar dijadwal ulang.

Mantan Presiden Abdurrahman Eahid tercatat pernah menerbitkan Kepres Restrukturisasi KUT, begitu pula Megawati Soekarnoputri pada 2003 pernah menerbitkan Kepres Restrukturisasi KUT dengan membebaskan denda dan bunga.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa beberapa waktu lalu menyampaikan rencana Pemerintah untuk melakukan pemutihan terhadap tunggakan KUT karena dinilai justru menghambat petani untuk mendapatkan kredit dari perbankan.

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS Tidak Bertahan Lama

Kamis, 11 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) meyakini pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akibat efek krisis finansial global tidak akan berlangsung lama. Bank sentral melihat secara fundamental nilai tukar rupiah masih dalam tren yang menguat bahkan hingga kisaran Rp 8.400/US$ seperti di bulan Juli 2011.

"Gejolak masih ada, tapi kelihatannya mulai reda. Kalau melihat gejala di AS dan negara maju, lebih kurang bisa menguat seperti bulan lalu," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (10/8/2011).

BI mencatat selama Juli 2011 nilai tukar rupiah menguat 0,95% ke level Rp 8.496/US$. Pergerakan rupiah selama Juli 2011 ini dipengaruhi tingginya permintaan valuta asing korporasi.

Dikatakan Darmin, BI siap untuk menjaga nilai rupiah tetap stabil tidak terlampau melemah ataupun menguat signifikan.

"Tentu saja tidak bisa menetapkan batas atas atau batas bawah. Kita lebih banyak bekerja jangan sampai ada fluktuasi besar. Jangan terlalu tajam juga fluktuasinya," imbuh Darmin.

Dijelaskan Darmin, akibat ketidakpastian global maka inflow masih akan menyerbu negara berkembang khususnya RI. Rupiah sendiri, sambungnya akan bersiap untuk menguat kembali.

"Kalau inflownya lama, pasti akan terjadi penguatan terhadap rupiah. Tapi sampai berapa kita tidak punya target," tukasnya.

Pada perdagangan Rabu (10/8/2011) nilai tukar rupiah memang ditutup melemah di posisi Rp 8.560 per dolar AS dibandingkan penutupan sebelumnya. Namun kemarin, rupiah kembali menguat di posisi Rp 8.530 per dolar AS.


sumber : www.vibiznews.com

BI: Kebijakan The Fed Buat RI Kebanjiran Capital Inflow

Rabu, 10 Agustus 2011 16:44 WIB
(Vibiznews-Banking) Bank Indonesia (BI) menilai keputusan pemerintah AS dan The Federal Reserve (The Fed) jika kembali menerapkan quantitative easing untuk mendorong perekonomian justru akan membuat aliran masuk modal asing (capital inflow) semakin besar ke Indonesia. Pasalnya, RI menawarkan imbal hasil yang menarik serta memiliki fundamental perekonomian lebih bagus.

"Kalau hanya tingkat bunga yang rendah, tidak terlalu meningkatkan capital inflow, paling-paling iramanya sama kaya yang sekarang. Tapi kalau ditetapkan quantitative easing yang memompakan dana itu tentu akan mendorong capital inflow lagi," ujar Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, ketika ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (10/8/2011).

Dikatakan Darmin, BI sendiri telah menyiapkan bauran kebijakan untuk menghadapi besarnya capital inflow. Terkait dengan nilai tukar rupiah BI menegaskan tetap bisa dijaga volatilitasnya.

"Kami tetap berusaha mengurangi volatilitas melalui bauran kebijakan," kata Dia.

Terkait dengan kebijakan quantitative easing, Darmin mengatakan, akan menjadi pilihan terakhir ketika kebijakan fiskal sudah kehabisan ruang untuk mendorong perekonomian.

"Saya tadinya mengharapkan kalau fiskal yang bisa diandalkan tidak akan akibatkan capital inflow terlalu besar, karena insentif fiskal lebih terarah. Tapi kalau lewat bank sentral, enggak bisa terlalu diarahkan, dananya akan langsung jatuh ke pemilik aset-aset besar, terutama surat-surat berharga. Dalam waktu cepat disalurkan ke wilayah yang imbal hasilnya lebih bagus," jelasnya.




sumber : www.vibiznews.com

Bank Permata Tambah 350 Ribu Rekening Kartu Kredit


Senin, 08 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), PT Bank Permata Tbk (Permata Bank) telah menyelesaikan pembelian dan konversi kartu kredit milik perusahaan yang baru diakusisi PT GE Finance Indonesia (GE Finance). Saat ini Permata Bank telah menambah 350 ribu rekening kartu kredit dari hasil konversi tersebut.

Dari tambahan jumlah kartu kredit tersebut, kini total rekening kartu kredit Permata Bank meningkat menjadi sekitar 600 ribu.

Direktur Utama Permata Bank David Fletcher mengatakan akuisisi yang sukses ini telah memberikan peluang strategis bagi Permata Bank. "Hal ini secara signifikan memperluas jangkauan bisnis kartu kredit dan memperkuat platform teknologi dan manajemen risiko," ungkapnya, di Jakarta, Minggu (7/8/2011).

Direktur Retail Banking Permata Bank, Lauren Sulistiawati menambahkan proses integrasi kartu kredit, yang telah berjalan tepat waktu sejak dimulainya proses ini delapan bulan lalu telah selesai.

"Kami senang untuk menyampaikan bahwa proses ini telah selesai dengan gangguan minimal terhadap nasabah Permata Bank dan GEFI, dan kami berharap untuk membangun bisnis kartu kredit kami dengan mendayagunakan platform GEFI ini untuk pertumbuhan," terangnya.

Penyelesaian proses konversi kartu kredit ini mengikuti finalisasi transfer aset Joint Finance pada bulan Desember 2010. Paska selesainya proses integrasi, GEFI akan terus beroperasi sebagai perusahaan yang berdiri sendiri.

Nasabah kartu kredit GEFI dianjurkan untuk mengunjungi cabang Permata Bank terdekat atau menghubungi layanan pelanggan PermataTel di 500120 bila ada pertanyaan.

Sebelumnya memang Bank Permata resmi mencaplok perusahaan pembiayaan, PT GE Finance Indonesia yang merupakan perusahaan penerbit kartu kredit non bank di Indonesia dengan pangsa pasar 6%.

Lewat aksi akuisisi ini, Bank Permata mengincar kenaikan portofolio bisnis kartu kreditnya hingga 3 kali lipat.



sumber : www.vibiznews.com

BI : Ketahanan Perekonomian RI Cukup Tinggi


Senin, 08 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) meminta untuk tidak terlalu berlebihan atas gejolak pasar finansial yang terjadi belakangan. Bank sentral menilai ketahanan perekonomian RI cukup tinggi dimana terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan ditunjang oleh ekspor dan investasi.

Demikian disampaikan oleh Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono, di Jakarta, Minggu (7/8/2011).

"Kita tidak perlu khawatir yang berlebihan dengan perkembangan ini. Koreksi yang terjadi di instrumen pasar yang likuid seperti di pasar saham biasa terjadi karena profit taking khususnya saham-saham yang telah pada price earning ratio (PER) yang tinggi," ungkap Hartadi.

Deputi bidang Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI ini meyakini apa yang terjadi di pasar global masih dapat terkendali dan diantisipasi oleh RI.

"Saya memperkirakan ketahanan perekonomian kita cukup tinggi tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi yang ditunjang oleh export dan investasi. Neraca pembayaran kita juga cukup baik yang masih menyumbang pada peningkatan cadangan devisa yang sudah diatas US$ 123 miliar," terangnya.

"Ini akan menambah kepercayaan investor bahwa bank sentral akan dapat memanage fluktuasi dengan baik," imbuhnya.

Lebih jauh Hartadi mengatakan, kondisi fiskal RI saat ini juga dalam keadaan baik dengan defisit yang manageable. Hal Ini, sambungnya membuat investor tetap percaya pada Surat Berharga Negara (SBN).

"Sehingga kalaupun terjadi penjualan dalam jumlah terbatas. Pemerintah dan BI akan senantiasa mencermati perkembangan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk stabilisasi pasar dan perekonomian," tukasnya.

Seperti diketahui, pasar finansial global kemarin Jumat (5/8/2011) mengalami kejatuhan parah mengikuti jatuhnya bursa Wall Street karena kekhawatiran terjadinya pengulangan resesi akibat memburuknya perekonomian AS dan krisis utang di Eropa.

IHSG tercatat sebagai salah satu indeks saham yang mengalami penurunan paling parah di Asia Pasifik. IHSG bahkan sempat merosot hingga 6% dan terpuruk di bawah level psikologis 4.000.

Koreksi yang terjadi ini tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di bursa-bursa Asia. Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di Asia sore ini:

* Indeks Komposit Shanghai jatuh 52,48 poin (1,96%) ke level 2.631,56.

* Indeks Hang Seng ambruk 1.089,03 poin (4,98%) ke level 20.795,71.

* Indeks Nikkei 225 terjun 359,30 poin (3,72%) ke level 9.299,88.

* Indeks Straits Times anjlok 123,69 poin (3,98%) ke level 2.983,32.



sumber : www.vibiznews.com

BI Rate Bertahan di Level 6,75%


Senin, 08 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) masih akan menahan suku bunga acuannya alias BI Rate diposisi 6,75%. Tingkat inflasi yang terkendali menjadi faktor tidak adanya alasan lain bagi bank sentral untuk menaikkan BI Rate.

"Inflasi terkendali, bahkan turun jika dibandingkan pada Juli 2010 lalu dimana saat ini hanya 4,61%. Jadi jika dilihat dari tingkat inflasi ini maka BI masih akan menahan BI Rate di 6,75%," ungkap Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, di Jakarta, Minggu (7/8/2011).

Dijelaskan Fauzi, selama pemerintah belum menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) maka inflasi secara keseluruhan berada di 5,5-6,5% di tahun 2011 ini. Maka, sambungnya angka inflasi tersebut masih akan sejalan dengan BI Rate di 6,75%.

"Belum ada alasan BI untuk menaikkan suku bunga acuannya," jelas Fauzi.

Lebih jauh Fauzi menambahkan, terkait dengan kondisi anjloknya pasar finansial global akhir pekan ini ternyata tidak banyak mempengaruhi perekonomian RI.

Dari sisi nilai tukar rupiah, Fauzi mengatakan selama BI masih bisa menjaga dengan melakukan intervensi melalui cadangan devisanya maka BI Rate juga masih tetap diposisi yang sama.

Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan. Dirinya mengatakan dengan inflasi year-on-year yang terkendali maka BI tetap akan mempertahankan suku bunga pada 6,75% hingga akhir sisa tahun ini.

"Pengetatan moneter secara kuantitatif akan dilakukan BI lagi sebagai gantinya, untuk mengelola likuiditas pasar dalam negeri dan untuk mengurangi biaya operasi moneter," tuturnya.

Ia juga menambahkan terjadinya koreksi di pasar finansial Indonesia memang terlihat sementara. Masuknya modal ke pasar keuangan Indonesia, baik saham dan obligasi pemerintah pasar, kemungkinan masih akan terus berlanjut.

Seperti diketahui, Bank sentral akan melakukan Rapat Dewan Gubernur bulanan yang menentukan suku bunga acuannya. RDG akan dilakukan pada Selasa 9 Agustus 2011 esok.


sumber : www.vibiznews.com

Indonesia Akan Kebanjiran Capital Inflow


Senin, 08 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Pemerintah menilai Indonesia akan kebanjiran dana asing yang masuk (capital inflow) pasca dipangkasnya peringkat utang luar negeri Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi AS di triwulan III diperkirakan akan melambat

Demikian hal itu diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto, di Jakarta.

"Dampak terhadap Indonesia masih kami assess (evaluasi), tapi bisa terjadi capital inflows (arus modal masuk) akan semakin deras," ungkapnya.

Ia juga memperkirakan, pertumbuhan ekonomi AS di triwulan III melambat maka dari itu dana yang ditempatkan di negeri paman sam itu mulai menyebar ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia salah satunya.

Salah satu hal yang membuat pertumbuhan ekonominya melambat adalah kebijakan yang akan dilakukan bank sentral setempat alias The Federal Reserve (The Fed) untuk memperbaiki kondisi ekonomi AS.

"Bank sentral AS bisa jadi mengeluarkan kebijakan di kuartal III karena growth yang melambat. Bank sentral Eropa baru saja melakukan pembelian bond dari Irlandia dan Portugal," ungkapnya.

Seperti diketahui, Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang luar negeri AS menjadi AA+ dari sebelumnya AAA. S&P juga menegaskan A-1+ untuk rating jangka pendeknya.

Peringkat AS tersebut diturunkan karena situasi politik yang tak menentu, beban AS terhadap utang-utangnya yang meningkat serta outlook yang negatif.

S&P memberi prospek pada peringkat utang jangka panjang AS negatif. S&P juga bisa menurunkan peringkat jangka panjang untuk AA tadi dalam dua tahun ke depan jika ada pengeluaran yang lebih tinggi daripada yang disepakati sebelumnya.


sumber : www.vibiznews.com

ANTM Tetapkan Konsorsium Bank Mandiri Jadi Financial Arranger Proyek Smelter Nikel US$1,6 Miliar

Kamis, 04 Agustus 2011 13:21 WIB
(Vibiznews-Banking), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menetapkan konsorsium PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai financial arranger untuk proyek smelter nikel US$ 1,6 miliar di Halmahera, Maluku Utara. Konsorsium itu bertugas menggenjot dana US$ 1 miliar dalam proyek tersebut.

"Hari ini sudah kami tentukan, konsorsium Bank Mandiri yang menjadi financial arranger dalam proyek Halmahera," kata Sekretaris Perusahaan Antam Bimo Budi Satriyo, Kamis (4/8/2011).

Konsorsium yang dipimpin bank plat merah itu beranggotakan PT Mandiri Sekuritas, Goldman Sachs, Deutsche Bank, Sumitomo Mitsui Banking, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan Standard Chartered.

Konsorsium itu bertugas untuk mencari dana bagi proyek yang bernilai US$ 1,6 miliar tersebut. Cara pencarian dananya, bisa melalui pinjaman perbankan maupun penerbitan obligasi.

"Tugasnya kan mencari pendanaan, bisa apa saja, pinjaman bank atau obligasi. Setelah ini mereka akan bahas lagi cara apa yang paling optimal," ujar Bimo.

Ia berharap, konsorsium tersebut sudah bisa mendapatkan pendanaan di akhir tahun ini. Sehingga mega proyek tersebut sudah bisa berjalan sesuai rencana.

"Kalau dananya sudah ada proyeknya bisa langsung jalan. Target kita kan 2014 akhir sudah selesai," ujarnya.


sumber : www.vibiznews.com

9 Tempat Penukaran Uang Receh Yang Dibuka BI Sejak 3 Agustus 2011

Kamis, 04 Agustus 2011 11:41 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) mulai membuka penukaran uang receh yang tersebar di beberapa daerah di Jakarta dan sekitarnya. Penukaran uang receh dapat dilakukan di mobil kas BI yang menetap maupun yang keliling ke beberapa tempat.

"Bank sentral sudah mulai menyediakan layanan penukaran uang receh. Jadi masyarakat sudah mulai bisa menukarkannya," ujar Juru Bicara Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah di Jakarta, Kamis (4/8/2011).

Dijelaskan Difi, penukaran uang receh dilakukan melalui mobil BI dengan dua skema yakni keliling dan menetap. Kas penukaran yang keliling, sambung Difi dilakukan dari pasar ke pasar di Ibukota.

"Sedangkan yang menetap, ada di beberapa lokasi pusat keramaian seperti di lapangan Monas, di stasiun dan rest area di tol," terangnya.

Untuk pekan pertama, Difi mengatakan BI memang masih melakukan kegiatan ini sendiri. Namun kedepan, BI akan menggandeng perbankan untuk melakukan jasa penukaran uang.

Seperti diketahui, BI menyiapkan uang tunai pecahan kecil menyambut bulan Ramadan 1432 H sebesar Rp 7,1 triliun. Uang pecahan kecil tersebut terdiri dari Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, Rp 1.000 dan uang logam.

Bank sentral telah menyiapkan stok uang sebesar Rp 61,36 triliun untuk membantu likuiditas selama bulan Ramadan 2011. Jumlah tersebut meningkat 12% dibanding bulan Ramdhan tahun 2010 sebesar Rp 54,78 triliun. Dari Rp 61,36 triliun likuiditas yang disiapkan untuk menghadapi persediaan selama Ramadhan, sebanyak Rp 54,26 triliun merupakan uang pecahan besar yakni pecahan Rp 100.000, Rp 50.000 dan Rp 20.000.

Berikut tempat penukaran uang receh yang dibuka BI sejak 3 Agustus 2011 :

* Stasiun Gambir

* Stasiun Jatinegara

* Stasiun Senen

* Stasiun Kota

* ITC Depok

* ITC Roxy Mas

* Thamrin City

* Kopro Tomang

* Monas



sumber : www.vibiznews.com

BCA Beri Pinjaman Rp 200 Miliar Pada HD Finance

Kamis, 04 Agustus 2011 10:45 WIB
(Vibiznews-Banking), PT HD Finance Tbk (HDFA) mendapat pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) senilai Rp 200 miliar. Pinjaman ini berjangka waktu tiga tahun.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis perseroan, Kamis (4/8/2011), fasilitas pinjaman ini dijaminkan dengan piutang sampai dengan sebesar 100% dari fasilitas yang diberikan.

Fasilitas pinjaman yang berjangka waktu tiga tahun ini merupakan fasilitas installment loan yang kelima yang diberikan oleh BCA. Penandatanganan kerjasama perjanjian pinjaman itu dlakukan pada 2 Agustus 2011 lalu.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.08 waktu JATS, saham HDFA stagnan di Rp 235 per lembar. Sahamnya ditransaksikan 26 kali dengan volume 3.015 lot senilai Rp 354,263 juta.

Sementara saham BBCA turun 50 poin (0,57%) ke level Rp 8.630 per lembar. Sebanyak 3.623 sahamnya ditransaksikan 270 kali senilai Rp 15,449 miliar.


sumber : www.vibiznews.com

PPATK Temukan 22 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Terkait Pendanaan Terorisme

Kamis, 04 Agustus 2011 07:23 WIB
(Vibiznews-Banking), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan 22 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) terkait pendanaan terorisme sejak Januari hingga Juli 2011.

Dengan data tambahan selama 2011 tersebut, maka berarti PPATK telah menemukan 150 LTKM terkait pendanaan terorisme sejak berdirinya PPATK di tahun 2003.

Demikian dikutip dari buletin statistik PPATK per Juli 2011, di Jakarta, Kamis (3/8/2011).

"Jumlah Hasil Analisis yang terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme pada tahun 2011 (Januari sampai Juli) sebanyak 8 hasil. Jumlah LTKM yang disampaikan penyedia jasa keuangan kepada PPATK terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme sampai akhir Juli 2011 sebanyak 150 laporan," demikian disampaikan PPATK.

"Sedangkan jumlah LTKM yang disampaikan penyedia jasa keuangan kepada PPATK terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme pada tahun 2011 (Januari sampai Juli) sebanyak 22 laporan," jelas PPATK lagi.

Selain terorisme, PPATK juga mencatat Sampai dengan tahun 2011 tercatat sudah ada sebanyak 40 kasus yang telah diputus pengadilan terkait dengan tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Putusan pengadilan terkait TPPU sebagian besar di putusakan di DKI Jakarta, yaitu sebanyak 23 putusan atau 57,5 persen.

Putusan pengadilan terkait tindak pidana pencucian uang menurut Dugaan Tindak Pidana Asal sebagian besar adalah Tindak pidana penggelapan yaitu sebanyak 11 putusan atau 27,5 persen.Hukuman penjara tertinggi selama 15 tahun dan Hukuman denda tertinggi sebanyak Rp 15 Miliar.

Selain penggelapan adapun kasus TPPU lainnya terkait tindak penipuan sebanyak 7 kasus, narkotika sebanyak 1 kasus, pemalsuan surat sebanyak 4 kasus, perbankan sebanyak 3 kasus dan korupsi sebanyak 6 kasus.


sumber : www.vibiznews.com

11882 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Diterima PPATK

Kamis, 04 Agustus 2011 07:15 WIB
(Vibiznews-Banking), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah menerima 11.882 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) dari 334 Perusahaan Jasa Keuangan (PJK) hingga bulan Juli. Total LTKM yang diterima PPATK sejak berdirinya tahun 2003 yakni mencapai 75.806 laporan.

Demikian dikutip dari buletin statistik PPATK per Juli 2011 di Jakarta, Kamis (3/8/2011).

"Sebagai upaya PPATK untuk memberikan informasi terkait dengan perkembangan kinerja kelembagaan, khususnya mengenai kewajiban pelaporan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK menerbitkan Bulletin Statistik," demikian disampaikan PPATK.

Sesuai UU PP TPPU Pasal 23 ayat (1) Perusahaan Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi Transaksi Keuangan Mencurigakan.

PPATK mencatat, seluruh laporan sejak berdirinya PPATK yang diterima hingga Juli 2011 mencapai 9.857.966 laporan. Laporan tersebut terdiri dari LTKM sebanyak 75.806 laporan, LTKT (Laporan Transaksi Keuangan Tunai) sebanyak 9.775.854 dan Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) sebanyak 6.306 laporan.

Sedangkan dari periode Januari-Juli 2011 seluruh laporan yang diterima PPATK sebanyak 1.156.908. Laporan tersebut terdiri dari LTKM sebanyak 11.882 laporan, LTKT sebanyak 1.144.431 dan LPUT sebanyak 595 laporan. Dari hasil tersebut sebanyak 3.660 LTKM telah disampaikan kepada penyidik.


sumber : www.vibiznews.com

Jumlah Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Nasional Mencapai Rp 42,3 Triliun

Kamis, 04 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Industri perbankan nasional mematok penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp 106,6 triliun tahun ini. Hingga Juni 2011, industri perbankan nasional telah menyalurkan kredit UMKM hingga Rp 42,3 triliun.

Demikian siaran pers yang dikutip dari Bank Indonesia (BI), Rabu (3/8/2011).

Adapun paling banyak disalurkan oleh bank BUMN sebesar Rp 29,3 triliun disusul bank swasta nasional Rp 11,9 triliun, Bank campuran Rp 266,7 miliar, dan Bank Asing sebesar Rp 448,1 miliar.

Khusus untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) telah menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp 1,39 triliun. Adapun jenis yang paling banyak disalurkan yakni kredit UMKM bidang konstruksi eceran dan disusul industri pengolahan.

Kemudian, Deputi Gubernur BI Muliaman D. Hadad mengatakan, pertumbuhan kredit perbankan hingga Juli 2011 year on year (yoy) mencapai 23,5%. BI tetap optimistis kredit perbankan masih tumbuh sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) di 2011 di 22-24%.

"Bulan Juli 2011 ini kredit masih berada di 23,5% belum ada perkembangan siginifikan. Tetapi tetap sejalan dengan RBB," kata Muliaman.

Dijelaskan Muliaman, pertumbuhan kredit perbankan ditopang oleh tingginya kredit investasi. Selain kredit investasi, Muliaman menambahkan kredit ditopang juga oleh Kredit Modal Kerja (KMK) dan konsumsi termasuk motor dan mobil.

"Pertama yakni tumbuhnya kredit investasi kemudian diikuti oleh KMK dan konsumsi termasuk mobil dan motor yang cukup tinggi," kata Muliaman.

Namun, Muliaman menegaskan terkait kebijakan loan to value dengan meningkatkan down payment alias DP di sektor kendaraan bermotor dirinya mengatakan belum akan diterapkan.

"Saat ini pertumbuhannya masih dianggap wajar jadi kebijakan ini belum akan diterapkan dalam waktu dekat," jelasnya.


sumber : www.vibiznews.com

BI Minta Industri Perbankan Tingkatkan Permodalan

Kamis, 04 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) meminta industri perbankan nasional untuk meningkatkan permodalan guna menuju 2020 yang merupakan tahunnya integrasi jasa keuangan di tingkat ASEAN. Bank sentral juga meminta perbankan menekankan efisiensi karena perbankan nasional termasuk yang paling boros di ASEAN.

Demikian disampaikan oleh Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad ketika ditemui di sela penyerahan beasiswa kepada perguran tinggi negeri di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (3/8/2011).

"Hal ini penting karena di 2020 nanti ada integrasi ASEAN. Ada rencana integrasi di bidang perbankan juga oleh karena itu penguatan aspek sektor keuangan perbankan menjadi hal yang sangat penting," ungkap Muliaman.

Dikatakan Muliaman, peningkatan efisiensi menjadi prioritas karena menentukan ekspansi dari perbankan nasional sendiri.

"Efisiensi menjadi prioritas karena meningkatkan daya saing dan ini tidak bisa dilakukan sehari dua hari tetapi harus bertahap. Dan butuh juga ikhtiar dari pengurus bank," tuturnya.

Selain efisiensi, Muliaman juga menekankan permodalan minimum bank. Walaupun BI tidak menetapkan dan mewajibkan angka permodalan minimum namun untuk lebih menjaga ekspansi yang besar-besaran harus didukung oleh permodalan yang cukup kuat.

"Permodalan tidak ada aturan spesifik, tetapi yang jelas jika ingin berkespansi lokal ataupun regional sekalipun harus didukung permodalan yang kuat. Modal jadi kebutuhan sendiri yang tidak bisa dipisahkan," terang Muliaman.


sumber : www.vibiznews.com

BI Siapkan Aturan Antisipasi Pembobolan Bank

Kamis, 04 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan aturan untuk mengantisipasi fraud alias pembobolan. Aturan yang nantinya tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) atau Surat Edaran tersebut yakni bernama fraud management.

Demikian disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad ketika ditemui di sela penyerahan beasiswa kepada perguruan tinggi negeri di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis Malam (3/8/2011).

"Poinnya aturan yang masih dikaji ini dan nantinya dalam bentuk PBI atau Surat Edaran ini adalah guidance dan deteksi terhadap ancaman fraud yang bisa datang kapan saja. Semua mengacu kepada manajemen risiko sebuah bank," ungkap Muliaman.

Deputi Gubernur BI bidang Penelitian dan Pengaturan Perbankan ini menjelaskan bagaimana kecenderungan sebuah bank yang harus fokus pada risiko operasionalnya. Dengan kata lain, Muliaman menekankan risiko operasional sebuah bank meski ditingkatkan karena ancaman fraud bisa terjadi kapan saja.

"Perlu ada antisipasi yang perlu dilakukan di mana difokuskan pada risiko operasional. Jika terjadi fraud maka risiko operasional yang harus dipersiapkan," jelas Muliaman.

Lebih jauh Muliaman mengatakan, dengan adanya fraud management ini maka bank semakin siap dalam menghadapi fraud yang belakangan sempat menjadi sorotan di media.

"Berbagai kasus yang belakangan terjadi kan sudah jelas ada pelanggaran SOP. Nah aturan fraud management ini nantinya agar bank pruden dan siap menghandle serta mengelola risiko yang terjadi akibat fraud," pungkasnya.


sumber : www.vibiznews.com

Danamon Syariah Meluncurkan Kredit Beragunan Emas

Kamis, 04 Agustus 2011 07:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Unit Usaha Syariah Danamon Syariah meluncurkan produk pembiayaan atau kredit yang beragunan emas sesuai dengan ketentuan syariah. Produk ini diberi nama 'Solusi Emas'.

Kepala Bisnis Syariah Gadai Danamon Syariah, M. Budi Oetomo menyampaikan banyak masyarakat Indonesia yang memiliki emas. Hal tersebut berpotensi untuk dijadikan solusi dalam rangka keperluan pembiayaan di rumah tangga.

"Berdasarkan survey, sebanyak 36,2 juta Kepala Keluarga memiliki emas. Dari jumlah tersebut, baru sekitar kurang lebih 27 juta KK yang berhubungan pembiayaan dengan emas sebagai agunan," terangnya dalam acara peluncuran Produk Solusi Emas Danamon Syariah di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, Rabu (3/8/2011).

Sisanya masih belum banyak yang memanfaarkan pembiayaan melalui agunan emas. Kebanyakan orang melakukan pembiayaan dengan menjaminkan emasnya ke Pegadaian, dan ada yang ke rentenir informal atau toko emas lapakan.

"Sementara, persentasi di Bank Syariahnya masih kecil sekali. Ini memiliki peluang. Bahkan masih ada 17 juta KK yang belum terjamah manfaatkan ini," ungkap Budi.

Maka itu, melalui produk Solusi Emas Danamon Syariah, ditawarkan pembiayaan bagi masyarakat melalui agunan emas. Ditargetkan dengan segmen kelas menengah ke bawah.

"Target market kita adalah pedagang, karyawan, ibu rumah tangga, termasuk pula mahasiswa dan usia pensiun," lanjut Budi.

Pembiayaan melalui agunan emas tersebut tentunya dapat dilakukan untuk kredit modal kerja, biaya pendidikan, biaya pengobatan, dan sebagainya. Dijanjikan, komitmen dari produk tersebut untuk pencairan cepat dengan waktu 15 menit.

"Kita akan melakukan pencairan yang cepat untuk nasabah mendapatkan pembiayaan, kemudian kenyamanan, fleksibilitas, aman, ringan, dan pelayanan prima," janjinya.

Adapun, pembiayaan yang dibutuhkan adalah melalui emas minimum 14 karat. Tanpa ada penutupan, dihitung harian. "Anytime mereka bisa kapan saja mau melunasinya," tuturnya.

Sejauh ini, produk Solusi Emas tersedia di 11 cabang Danamon Syariah. Rencananya Agustus ini akan ditambah sebanyak 120 cabang sampai akhir 2011.

"Di 2012 kita akan melakukan roll-out menjadi 169 cabang sehingga totalnya mencapai 300 cabang. Ini akan. Tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, NTB, dan Sulawesi," papar Budi.

"Secara finansial, pembiayaan kita, sekarang masih pilot project, tidak besar hanya Rp 5 miliar di 2010. Kita targetkan di 2011 mencapai Rp 56 miliar, di 2012 mencapai Rp 744 miliar, dan di 2013 mencapai Rp 1,7 triliun," jelasnya menambahkan.


sumber : www.vibiznews.com

Tahun 2012 Bank Danamon Pisahkan Unit Usaha Syariahnya

Rabu, 03 Agustus 2011 19:41 WIB
(Vibiznews-Banking), PT Bank Danamon Tbk bakal memisahkan (spin off) unit usaha syariah miliknya di 2012 nanti. Hal ini dilakukan jika nantinya disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Danamon.

Demikian disampaikan, Kepala Unit Usaha Syariah Danamon Syariah Prayuda Moeljo ketika ditemui di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, Rabu (3/8/2011).

"Tahun 2012 rencananya kita mau spin off. Itu dilakukan setelah mendapat izin dari RUPS," terangnya.

Dilanjutan olehnya, jika nantinya hal tersebut disetujui maka pihaknya akan meneruskan ke Bapepam-LK. "Di situ kita akan membutuhkan waktu sampai 1 tahun 18 bulan," kata Moeljo.

"Kita secara internal sudah melakukan studi akan hal ini. Kemudian kita akan ajukan ke RUPS hasil studi kita. Target utamanya adalah yang penting mendapatkan restu dari RUPS dulu," tegasnya sekali lagi.

Jika berhasil melakukan spin off, maka pihaknya akan merambah strategi usahanya dari prioritas ke arah UKM (Usaha Kecil Menengah) menjadi ke arah yang lebih besar lagi.

"Maka itu sekarang kita sedang mengejar skala yang pas untuk bisa melakukan spin off. Begitu juga dana yang bergulir di kita harus semakin besar," tuturnya.

Adapun pendanaan dari pihaknya sejauh ini sudah disiapkan sekitar Rp 106 miliar. Dibutuhkan sekitar Rp 400 miliar lagi untuk menuju spin off.

"Untuk mengejar skala yang pas dan perluas jaringan dan juga pendanaan kita kejar target membuka cabang sampai 300 cabang. Selain itu untuk dana yang dibutuhkan untuk spin off adalah Rp 500-an miliar, karena kita berbeda dengan bank umum. Kita unit usaha," terang Moeljo.


sumber : www.vibiznews.com

Cadangan Devisa RI Menggunung Mencapai US$2,7 Miliar

Rabu, 03 Agustus 2011 08:15 WIB
(Vibiznews-Banking), Cadangan devisa RI terus menggunung. Hingga akhir Juli 2011 cadangan devisa RI tembus di posisi US$ 122,7 miliar atau meningkat sebesar US$ 2,7 miliar selama 2 pekan terakhir.

"Cadangan devisa per 31 Juli 2011 mencapai US$ 122,7 miliar," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono di Jakarta, Rabu (3/8/2011).

BI sebelumnya mencatat cadangan devisa RI pada pertengahan Juli 2011 mencapai US$ 120 miliar. Peningkatan cadangan devisa diakibatkan oleh derasnya aliran modal asing alias capital inflow yang masuk.

Hartadi menambahkan, untuk kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) masih cukup tinggi hingga Rp 60,5 triliun. Sedangkan Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki asing sebesar Rp 248,7 triliun.

"SBI milik asing Rp 60.5 triliun atau 33,3% dari total SBI dan SBN Rp 248,7 triliun atau 34,5% dari total SBN," tuturnya.

Berikut catatan cadangan devisa RI sejak awal Januari 2011 :

* Januari 2011: US$ 95,3 milliar

* Februari 2011: US$ 97 miliar.

* Maret 2011: US$ 105,7 miliar.

* April 2011: US$ 116,5 miliar.

* Mei 2011: US$ 118 miliar.

* Juni 2011: US$ 119,65 miliar.

* Juli 2011: US$ 122,7 miliar.


BI Siapkan Blue Print Program Financial Identity Number

Selasa, 02 Agustus 2011 18:22 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan cetak biru alias blue print program Financial Indentity Number (FIN). FIN merupakan nomor identifikasi tunggal bagi orang yang belum pernah tersentuh layanan jasa keuangan perbankan atau biasa dikenal unbanked people.

FIN yang merupakan program anyar bank sentral, mempunyai beberapa tahapan agenda penggarapan. Untuk tahapan pertama diagendakan menggaet 17.500 unbanked people di 350 desa. Program ini akan memungkinkan bank dan penyedia jasa keuangan lainnya mengakses riwayat kredit nasabah melalui sistem biro kredit yang tersentralisasi.

Demikian disampaikan oleh Peneliti Senior Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Sri Noerhidajati dalam keterangannya di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (2/8/2011).

Visa Worldwide Indonesia Pastikan Tidak Ada Surcharge di Setiap Transaksi Kartu Kredit

Selasa, 02 Agustus 2011 18:15 WIB
(Vibiznews-Banking),
PT Visa Worldwide Indonesia (Visa) memastikan tidak ada biaya tambahan alias surcharge di setiap transaksi kartu kredit yang berlogo Visa. Visa memastikan surcharge merupakan hal yang 'haram' dilakukan merchant.

Demikian disampaikan oleh Presiden Direktur Visa Ellyana Fuad ketika ditemui disela acara peluncuran aplikasi m-saku di Plaza Senayan, Sudirman, Jakarta, Selasa (2/8/2011).

"Visa itu menjamin bahwa surcharge tidak diperbolehkan sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI)," jelas Ellyana.

Menurut Ellyana, seluruh nasabah yang memegang kartu kredit berlogo Visa jika berbelanja diseluruh merchant manapun tidak dikenai biaya tambahan.

"Kita menghimbau nasabah bisa menolak jika dibebankan surcharge karena itu tidak boleh dan dilarang BI," terangnya.

Terbitkan Layanan m-saku.

BI : Undisbursed Loan Rp 200 Triliun Siap Dicairkan

Selasa, 02 Agustus 2011 18:07 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) mengungkapkan porsi kredit belum cair alias undisbursed loan yang telah disepakati dan siap dicairkan mencapai Rp 200 triliun. Total undisbursed loan yang commited ini sekitar sepertiga dari total undisbursed loan.

"Yang commited jauh lebih kecil dari total undisbursed loan yakni sekitar Rp 200 triliun," ungkap Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad di Jakarta, Selasa (2/8/2011).

Dijelaskan Muliaman, undisbursed loan memang terbagi menjadi dua jenis kredit yakni commited dan uncommited.

Ia mengatakan, dalam melihat porsi kredit yang belum cair angka yang menjadi acuan adalah angka yang committed dalam porsi undisbursed loan. Hal tersebut, lanjut Muliaman dikarenakan porsi undisbursed loan committed tidak bisa dibatalkan oleh calon debitur.

BI Cabut Izin BPRS Syarif Hidayatullah di Cirebon

Selasa, 02 Agustus 2011 18:03 WIB
(Vibiznews-Banking), Bank Indonesia (BI) mencabut izin Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Syarif Hidayatullah yang berlokasi di Kabupaten Cirebon. Keputusan itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Gubernur BI Nomor 13/53/KEP.GBI/2011 tertanggal 29 Juli 2011.

"Dengan dikeluarkannya SK pencabutan izin usaha tersebut, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan menjalankan fungsi penjaminan dan melakukan proses likuidasi sesuai UU No.24 tahun 2004," ujar Kepala Eksekutif LPS, Firdaus Djaelani dalam siaran persnya yang dikutip, Selasa (2/8/2011).

Dalam rangka pembayaran klaim penjaminan simpanan nasabah BPRS Syarif Hidayatullah, LPS akan melakukan rekonsiliasi dan verifikasi atas data simpanan dan informasi lainnya untuk menetapkan simpanan yang layak dibayar dan tidak layak dibayar.


Nasabah Bakrie Life Siap Gelar Demo Akbar Pada 3 Agustus 2011

Selasa, 02 Agustus 2011 18:00 WIB
(Vibiznews-Banking), PT Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life) kembali menunda pembayaran tunggakan cicilan dana nasabah Diamond Investa yang kini masih mencapai Rp 270 miliar. Para nasabah yang sudah geregetan itu berniat menggelar demo pada 3 Agustus.

Perwakilan Nasabah Bakrie Life asal Jakarta Yoseph mengaku dirinya bersama perwakilan nasabah didaerah akan menyerbu Istana Negara dan Gedung DPR untuk menyuarakan aspirasinya.

"Nasabah Diamond Investa siap melaksanakan demonstrasi pada Rabu 3 Agustus 2011 di Istana dan Gedung DPR," katanya, Selasa (2/8/2011).

Nasabah meminta ada tindakan konkret dari Pihak Istana, Menteri Keuangan dan DPR untuk menegur pemegang saham dan manajemen Bakrie Life yang menunda-nunda pembayaran cicilan baik bunga maupun pokok dana nasabah.

Indonesia Eximbank atau LPEI Kucurkan Pembiayaan Rp 17,1 Triliun

Selasa, 02 Agustus 2011 18:00 WIB
(Vibiznews-Banking), Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) telah mengucurkan pembiayaan sebesar Rp 17,1 triliun hingga semester I-2011. Jumlah ini lebih baik dari posisi akhir 2011 yang mencapai Rp 15,74 triliun.

"Pembiayaan yang diberikan per Juni 2011 ekuivalen Rp 17,10 triliun," kata Sekretaris Lembaga Indonesia Eximbank, Enny Listyorini dalam rilis yang dipublikasikan, Selasa (2/9/2011).

Indonesia Eximbank merupakan lembaga khusus yang didirikan dengan tugas melakukan pembiayaan, penjaminan ekspor nasioanal, penjaminan, asuransi, serta jasa konsultasi. Selain itu perseroan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh sektor berorientasi ekspor dalam bentuk Buyer's Credit, Asuransi Political Risk, dan penjaminan untuk proyek di luar negeri.

LPE juga mengumumkan telah menandatangani kerjasama pembiayaan dengan PT Citra Panji Manunggal (CPM) sebesar US$ 5,4 juta. Dana tersebut digunakan sebagai pembangunan fasilitas pipa gas oleh anak usaha CPM, CPM Construction Sdn Bhd.

"Pembangunan fasilitas jalur pipa gas sepanjang 30 km dari Port Sungan Udang ke Simpang Ampat Malaka, Malaysia," tambahnya.

CPM merupakan perusahaan dengan spesialisasi EPC Oil dan gas pipeline, termasuk Oil dan Gas Plants, onshore and swampy well surface facilities Constructors. CPM Construction Sdn Bhd dalam kapasitasnya sebagai sub kontraktor mendapatkan pekerjaan pembangunan jalur pipa gas melalui main contractornya yaitu Algotech (M) Sdn Bhd. Pembangunan jalur pipa gas ini merupakan concern dari Pemerintah Malaysia melalui Petronas Gas Bhd.

"Proyek ini bertujuan mendukung potensi kekurangan supply gas di bagian peninsula Malaysia yang direncanakan mulai beroperasi Agustus 2012," terangnya.


BI: Down Payment KPR dan KKB Mestinya 30%

Senin, 01 Agustus 2011 17:03 WIB
(Vibiznews-Banking) Porsi uang muka alias down payment (DP) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) mestinya sebesar 30%. Selama ini, bank-bank sudah banyak yang menerapkan DP 30%, berbeda halnya dengan perusahaan pembiayaan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Wimboh Santoso ketika ditemui di Gedung BI Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (1/8/2011).

"Kalau industri perbankan (khusus KKB) sebagian besar sudah ada kok DP yang sebesar 30%. Kadang-kadang kalau yang DP-nya rendah itu finance company. Itu barangkali yang lebih di-priority-kan," ujar Wimboh.

"Sebenarnya kalau perumahan itu 70% loan to value-nya. Jadi kalau punya rumahnya harganya 100 ya dia harus punya DP 30%. Jadi value kreditnya itu 70% dari harga," imbuhnya.

Namun menurut Wimboh, aturan mengenai DP ini harus diatur untuk bank dan perusahaan karena dikhawatirkan konsumen akan lari ke perusahaan pembiayaan jika DP bank terlalu besar.

"Finance company musti kita lihat saya juga ga tahu mappingnya. Jadi kalau bank diketati finance company tidak ya nanti lari ke finance company semua. Nanti kita rembuh (Bapepam-LK)," kata Wimboh.

Sebelumnya BI sempat mewanti-wanti terjadinya bubble (gelembung) di sektor otomotif dan properti. Beberapa perubahan tengah disiapkan seperti rencananya menaikan uang muka (down payment/DP) lebih besar.

"Misalnya kita mau beli mobil kan bank bayarin 90% kita bayar 10% makanya kita nanti down payment diperbesar. Angkanya nanti yah," kata Deputi Gubernur BI Hartadi Agus Sarwono beberapa pekan lalu.

Selama ini kata Hartadi ada yang namanya loan to value ratio. Konsep itu diakuinya memang belum diterapkan secara sistematis, namun secara rata-rata menggunakan komposisi kredit bank 90% dan 10% uang konsumen.


Powered by Blogger