Pertumbuhan Kredit Konsumsi Dapat Timbulkan Kerawanan


Rabu, 14 September 2011 08:00 WIB

Bank Indonesia (BI) menilai pesatnya pertumbuhan kredit konsumer perlu diwaspadai. Pertumbuhan kredit konsumsi bisa menimbulkan kerawanan jika terjadi gejolak ekonomi yang menyebabkan nasabah gagal bayar.

"Kredit konsumsi memiliki potensi kerawanan terhadap bank kalau ada shock ekonomi seandainya nasabah gagal bayar," ungkap Juru Bicara BI, Difi Johansyah di Jakarta, Rabu (14/9/2011).

Data BI menyebutkan nilai kredit konsumsi ini mencapai Rp 113 triliun hingga awal Agustus 2011 lalu atau tumbuh 6,2% sepanjang tahun (ytd) dan 23,2% secara year on year (yoy). BI mengungkapkan pertumbuhan ini sudah mendekati ambang batas BI.

Meningkatnya kredit konsumsi ini menurut Difi, dikarenakan masyarakat yang cenderung menyukai kredit yang memang sangat mudah untuk mendapatkannya. Bayangkan saja, tanpa agunan dan dengan persyaratan yang mudah masyarakat sudah bisa mendapatkan kredit konsumsi seperti kredit kendaraan bermotor, kredit perumahan hingga kredit tanpa agunan.

"Demandnya memang tinggi, karena persyaratan yang lebih mudah, bahkan ada yang tidak perlu memakai agunan," terang Difi.

Melihat data BI kembali, saat ini kredit perumahan mencapai Rp 17,9 triliun. Sebanyak 45% di antaranya merupakan kredit rumah di bawah tipe 70 m2 atau masuk kategori rumah sederhana. Adapun kredit kendaraan senilai Rp 12,6 triliun dan kredit multiguna Rp 14,5 triliun.

"Kalau ada shock ekonomi bisa mengkhawatirkan ini," kata Dia.

Analis Bank Danamon Anton Gunawan bahkan secara gamblang menilai Kredit Tanpa Agunan (KTA) di bank asing berisiko menimbulkan penggelembungan (bubble) ketimbang kredit otomotif yang semakin diwaspadai dewasa ini.

Menurutnya, kredit yang memiliki agunan jauh lebih aman, seperti kredit otomotif maupun properti di Indonesia seperti sekarang ini.

"(Kredit) otomotif itu walaupun mungkin berisiko kan bisa di-repo. Lelang jual kembali ada nilainya meski menyusut," katanya.

Ia mengatakan, walapun memang ada risiko, tetapi kredit otomotif belum seheboh apa yang diberitakan selama ini dan kemungkinan bubble masih rendah. Karena, kredit tersebut masih ada nilainya, berbeda dengan KTA.

"Nah, masalahnya NPL timbul di bank asing itu masalah KTA itu yang harus diperhatikan. Untuk bubble otomotif justru masih rendah," ujarnya.

Seperti diketahui, tak hanya perbankan, sejumlah perusahaan pembiayaan kini menawarkan kredit konsumsi yang syaratnya sangat menggiurkan. Untuk kredit konsumsi motor misalnya, dengan uang muka hanya Rp 500 ribu, konsumen sudah bisa membawa pulang motor tanpa dokumen-dokumen yang rumit, cukup KTP dan Kartu Keluarga.

0 Response to "Pertumbuhan Kredit Konsumsi Dapat Timbulkan Kerawanan"

Powered by Blogger